Song!

Rabu, 21 Januari 2015

Buku Harian Istimewa

Sepulang sekolah, Dinda murung karena ia mengingat kata-kata Silvi, kawan Dinda kalau punya buku diari itu lebih enak mengingat kenangan yang kita tulis di buku itu.
“Kamu nggak usah beli buku diari, Dinda. Cobalah ambil buku kosongmu. Lalu beri hiasan dan sampulkan dengan seleramu sendiri. Itu akan menjadi sebuah diary yang istimewa. Misalnya kamu kasih stiker sendiri tulisannya jangan ngintip! Itu kan membuat diari-mu semakin cantik dan bagus,”terang Ayah.

“Tapi Yah, lebih keren kan dikasih kunci gitu! Biar nggak ada yang bisa membukanya,”seloroh Dinda.
“Cobalah membuat sendiri, itu akan menjadi buku diari-mu yang istimewa,”kata Ayah.
“Iya, deh, Yah! Dinda akan coba,”kata Dinda sambil cemberut.
Di kamar, Dinda masih ingin memelas kepada Ayah untuk membelikan diari untuknya. Dinda akhirnya menuruti kata Ayah untuk membuat buku sendiri. Ia kemudian mengambil buku kosongnya yang masih banyak. Ia mengambil satu buku tulis bergambar Hello Kitty berisi 58 lembar. Lalu mengambil sampul buku bergambar boneka teddy bear. Setelah menyampuli buku, Dinda menghiasi buku itu dengan stiker emoticon tersenyum dan juga stiker jangan ngintip buku ini! Ayah Dinda merupakan seorang pengerajin atau pembuat stiker dan spanduk yang sudah terkenal di kota Semarang.Tidak lupa Dinda menambahan glitter warna pink di sekitar sampul belakang.
“Yippie! Sudah jadi buku diari-ku,”kata Dinda sambil memegang buku diari barunya. “Setiap malam aku harus menulis buku ini,”gumam Dinda dengan perasaan riang.
Esoknya, Dinda membawa buku diari barunya ke sekolah. Buku diari itu Dinda namakan Lupy. “Dinda! Kamu sudah punya buku diari belum?”tanya Silvi sambil menghampiri Dinda yang ada di koridor sekolah sedang membaca mading (majalah dinding) sekolah.
“Sudah,”jawab Dinda pendek.
“Boleh lihat? Harganya berapa? Beli dimana? Merk apa?”tanya Silvi banyak. Silvi memang dikenal sebagai Miss KEPO.
“Tentu. Ayo ikut aku,”sedangkan Dinda menjawabnya dengan tenang. Di bangku Dinda, Dinda mengambil Lupy (buku diari Dinda).
“Ini? Wah ini sangat bagus. Beli dimana?”tanya Silvi.
“Iya, ini beli dimana? Kok bagus banget,”puji Irtha yang ikut-ikutan.
“Aku buat sendiri. Untuk stiker aku dibantu Ayah untuk membuatkannya,”jawab Dinda bangga. “Wah! Ini bagus. Kalau dijual kan lumayan,”usul Silvi. 
"Aku pesan 2 buku seperti itu, ya. Nanti aku tawar harganya Rp.20.000!”kata Mita.
“Iya. Tunggu aku tulis di…”kata Dinda seperti kebingungan.
“Aha! Lupy!”sahut Dinda kemudian mengambil Lupy dan pulpen untuk mencatat pesanan teman-temannya.
“Nama diari-ku Mita’s Book, ya,”kata Mita lagi.
“Oke! Warnanya apa?”tanya Dinda.
“Hijau dan kuning,”jawab Mita. 
“Sampulnya?”tanya Dinda lagi.
“Kalau itu terserah kamu, yang penting bertema alam,”jawab Mita kemudian pergi mengajak Irta ke kantin.
“Ayah! Kita dapat pekerjaan baru!”seru Dinda.
“Apa itu?”tanya Ibu ikut-ikutan.
“Aku dapat pesanan banyak buku diari, yah! Ada dari Mita, Angel, Irtha, Jannevin dan Pelita, yah!” jawab Dinda kegirangan.
“Alhamdulillah. Stiker apa yang harus ayah buat untuk buku diari itu?” tanya Ayah. “Ada emoticon, mickey mouse, masha and the bear, spongebob….”kata Dinda mendektekan.Dinda sekarang jadi usahawan muda! Hebat, yaaa!

5 komentar: